Oleh : Buya Yahya – LPD Al Bahjah Cirebon
Biasanya ilmu didapat di sebuah majlis ilmu. Majlis ilmu adalah sebuah majlis yang di gunakan untuk mencari ilmu agar bisa beramal dengan benar dan puncaknya adalah mendapakan ridho Allah SWT. Rasulullah SAW telah menyebut banyak hadits berkenaan dengan kemuliaan majlis ilmu. Pernah beliau menyebut majlis ilmu sebagi taman surga, jalan menuju surga, tempat malaikat melebarkan sayapnya tanda kerelaan kepada yang hadir di majlis tersebut, tempat Allah menurunkan rahmat dan pengampunaNya dan masih banyak sanjungan Rasulullah SAW akan kemulyaan majlis tersebut. Itulah pendidikan dari Rasulullah SAW kepada kita agar kita memuliakan majlis ilmu.
Hanya orang yang bisa memuliakan majlis ilmu itulah orang yang mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan akan merasakan keindahan sebuah majlis ilmu. Dan dengan ilmu yang bermanfaat seseorang akan semakin baik kepada sesama dan kepada Allah SWT. Kehadiranya di majlis ilmu akan dirasakan sebagai kehadiran yang ia rindukan dan ia nikmati.
Makna memulyakan majlis adalah menyadari dengan hati bahwa semua yang ada dimajlis adalah yang akan menghantarkan kita kepada kemulyaan dihadapan Allah SWT. Artinya menginsyafi tentang siapapun yang ada di tempat itu adalah tim sukses kita menuju ridho Allah SWT. Maka harus diperhatikan unsur-unsur majlis ilmu ini agar benar-benar kita bisa memuliakan majlis ilmu dan akhirnya mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Di dalam majlis ilmu harus ada guru, murid dan ilmu yang disajikan. Memuliakan majlis ilmu adalah memuliakan semua unsur tersebut diatas. Artinya harus kita perhatikan tata krama berikut ini:
1. Tatakrama guru terhadap murid
2. Tatakrama murid terhadap guru
3. Tatakrama guru terhadap sesama guru
4. Tatakrama murid dengan sesama murid
5. Tatakrama guru dan murid terhadap ilmu
1. Tatakrama guru terhadap murid
Seorang guru yang datang ke majlis ilmu harus mempunyai tata krama kepada murid-muridnya. Tata krama ini tidak lain adalah kelanjutan dari ketulusan seorang guru dalam mengajar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru berkenaan dengan tata kramanya terhadap muridnya :
a. Melihat murid sebagai ladang akhiratnya
Melihat murid sebagai ladang pahala akan melahirkan sebuah kesungguhan dalam mendidik dan tidak akan kenal putus asa. Tidak akan membeda-bedakan mana yang kaya dan mana yang miskin, mana yang berpangkat dan mana yang tidak berpangkat.
Kegagalan seorang guru dalam menyampaikan ilmu yang bermanfaat adalah di saat seorang guru melihat murid sebagai ladang mencari dunia. Dunia disini bisa dalam bentuk materi atau pangkat dan sanjungan. Seorang guru ketika melihat murid sebagai ladang mencari dunia akan menjadikan tolak ukur dalam mengajar sang murid adalah keuntungan dunia. Selagi menguntungkan di dunia akan diperhatikan dan jika tidak menguntungkan tidak diperhatikan. Guru semacam ini kelihatannya mengajar ilmu dan mengajak kepada kebaikan akan tetapi sebenarnya ia menyeru orang agar membawa dunianya kepadanya. Dari sinilah muncul kedengkian seorang guru dengan guru yang lainnya, hilangnya kerjasama yang baik antara guru dengan guru dan lebih dari itu seorang guru akan mudah berputus asa di dalam mengajarkan ilmunya.
b. Melihat murid dengan mata kasih sayang
Seorang guru yang tulus akan selalu melihat murid dengan mata kasih sayang. Mata yang penuh kerinduan agar sang murid menjadi baik dan mendapatkan ridho Allah SWT. Seorang guru yang melihat muridnya dengan penuh kasih sayang akan selalu terlihat santun dalam mengajar, indah dalam berinteraksi dan penuh kebijakan di saat menyampaikan kebenaran dan melarang kebathilan.
Guru yang penuh kasih sayang akan selalu koreksi diri dalam menyampaikan kebenaran dan di saat sang murid belum bisa menerima kebenaran tidak akan terburu-buru menyalahkan muridnya. Akan tetapi ia akan selalu melihat dirinya kenapa orang lain belum bisa menerima kebenaran yang disampaikan. Apakah dirinya kurang lembut dalam bertutur kata, atau tidak memberi contoh yang baik dalam perilaku atau kurang berserah dan memohon kepada Allah SWT, dan lain sebagainya yang intinya adalah mengoreksi kekurangannya yang sangat mungkin menjadi sebab ditolaknya sebuah kebenaran oleh sang murid.
Hal yang amat membahayakan seorang guru adalah di saat melihat murid dengan mata picik dan merendahkan, itulah hakikat kesombongan. Guru yang sombong tidak akan bisa menyampaikan ilmu yang bermanfaat.
c. Memberi teladan yang baik kepada murid
Dikatakan lisanulhal afsoh min lisanilmaqol, bahwa suri tauladan dalam bertingkah laku itu lebih mengena di hati seseorang dari pada omongan yang diucapkan lidah. Seorang guru yang berusaha menularkan ilmunya kepada murid harus bisa memberi contoh yang baik kepada muridnya. Hal ini disebut Rasulullah SAW dengan sabdanya ibda’ binafsik, artinya memulai mengamalkan ilmu untuk dirinya sendiri. Inilah kunci sang guru untuk membuka hati muridnya agar mudah menerima ilmunya.
2. Tata krama murid terhadap guru
Agar ilmu bermanfaat seorang murid harus bertata krama kepada gurunya. Tata krama disini adalah:
a. Datang kepada guru dengan tujuan baik
Seorang murid yang datang kepada seorang guru harus punya tujuan baik. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bimbingan dan ilmu dari sang guru agar semakin dekat kepada Allah SWT. Tidak beruntung seorang yang datang ke majlis ilmu hanya ingin mencari kesalahan sang guru atau mencari keuntungan dunia. Murid dengan tujuan yang salah itulah yang akan di jauhkan dari ilmu yang bermanfaat dan barokah.
b. Melihat guru sebagai pembimbing menuju keselamatannya di akhirat
Inilah yang menjadikan seorang murid amat menghargai seorang guru. Penghargaan inilah yang menghantarkannya untuk senantiasa serius dan bersungguh-sunguh dalam menimba ilmu dari sang guru.
c. Patuh kepada nasehat guru
Sungguh jauh dari keberhasilan jika seorang murid tidak membiasakan patuh kepada sang guru. Patuh disini tidak terbatas pada urusan ilmu saja akan tetapi segala isyarat dan anjuran yang disampailkan sang guru seorang murid sebisa mungkin mematuhinya asalkan tidak dalam hal yang di larang Allah SWT.
d. Mengabdi kepada guru
Pengabdian disini maknanya adalah adanya kesiapaan hati untuk mengutamakan sang guru dari kepentingan dirinya sendiri, memperhatikan kebutuhan sang guru dan berusaha untuk mencari kerelaan hati dari sang guru.
3. Tata krama guru terhadap sesama guru
Bertata krama sesama guru adalah sebagian dari tanda ketulusan seorang guru. Guru yang belum bisa melihat guru yang lainnya sebagai mitra dalam perjuangannya belumlah pantas dianggap sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan berkenaan dengan tatakrama ini.
a. Saling membantu antar guru
Tujuan guru mengajar murid adalah agar murid tersebut mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan mendapatkan ridho Allah SWT. Seorang guru yang sesungguhnya harus bisa merasa bangga dan selalu mendukung jika melihat ada guru yang mendidik para muridnya. Seorang guru sejati akan senantiasa membuka pintu kesempatan untuk maju bagi guru-guru yang lainnya. Karena tujuan para guru sebenarnya adalah kemajuan kemajuan keberhasilan dalam mendidik.
b.Tidak saling mendengki
Ini adalah hal yang amat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru. Sebab mendengki kepada sesama guru tidak akan muncul kecuali karena busuknya niat dihati disaat belajar dahulu dan mengajar sekarang. Mengajar adalah berdakwah artinya mengajak kepada Allah SWT. Semakin banyak guru-guru yang berjuang adalah karunia dan pertolongan dari Allah dalam sebuah perjungan. Artinya semakin banyak pasukan-pasukan di dalam mendidik semakin ringanlah tugas seorang guru. Kedengkian sesama guru adalah paling busuknya kedengkian, dan yang akan jadi korban adalah para murid.
4. Tata krama murid dengan sesama murid
Seorang murid yang menutut ilmu dengan tulus karena Allah SWT akan tampak di dalam perjalanannya di dalam mencari ilmu penuh dengan tata krama kepada sesama kawan seperjuanganya. Semua itu akan terlihat dalam hal-hal berikut ini.
a. Saling menghormati sesama murid
Di dalam mencari ilmu yang bermanfaat seorang murid tidak cukup hanya dengan menghafal dan baik kepada guru. Akan tetapi ada rahasia ketulusan yang tersembunyi di balik persahabatanya dengan teman-temannya. Yang belum bisa mengahargai temannya artinya telah tersembunyi di hatinya kesombongan dan sungguh hati yang sombong amat susah untuk menerima ilmu yang bermanfaat.
b. Tolong menolong dalam mencapai keberhasilan
Seorang murid yang tulus harus merasa berbangga dan bergembira jika melihat temanya berhasil. Seorang murid yang tidak menginginkan keberhasilan sahabatnya adalah murid yang menyimpan dengki di dalam hatinya. Murid yang mendengki jika menjadi ustadz kelak akan menjadi ustadz yang pendengki. Mereka itu bukanlah orang-orang yang akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
c. Berkhidmah kepada sahabat
Akhlaq yang tidak baik dalam menuntut ilmu adalah murid yang gemar memerintah sahabatnya untuk urusan pribadinya. Sementara ia sendiri orang yang paling malas membantu sahabatnnya. Memperbudak sahabat adalah ciri orang yang tidak mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah. Begitupun sebaliknya, yang ringan tangan serta mudah di dalam mengabdi kepada sesama sahabat adalah ciri orang-orang yang akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah.
5. Tatakrama guru dan murid terhadap ilmu
Tatakrama terhadap ilmu disini adalah tata krama yang harus dimiliki seorang guru dalam menyampaikan ilmu dan yang harus di miliki seorang murid dalam mengambil ilmu.
Seorang guru dalam menyajikan ilmu harus dengan akhlaq yang mulia karena ilmu adalah cahaya hidayah. Jangan sampai di saat menyampaikan ilmu di barengi dengan kata-kata kotor, jorok atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan kemuliaan ilmu dan majlis ilmu. Sungguh akan di cabut barokahnya ilmu dan majlis ilmu jika disitu terdapat kata-kata kotor atau tingkah laku guru yang tidak baik dalam menyampaikan ilmu.
Seorang murid hendaknya menjaga kemuliaan ilmu dan majlis ilmu dengan cara duduk yang baik dan beradab, menghadap kepada guru dengan baik dan menjaga dari berucap dan bertingkah laku yang tidak baik. Bahkan jika ia mendengar ilmu yang disampaikan seorang guru adalah sesuatu yang telah lama ia ketahui atau ia dengar untuk yang ke-seribu kalinya, akan tetapi tata krama seorang murid dalam mendengar adalah seperti murid yang pertama kali mendengar ilmu tersebut. Menjaga kitab dan merawatnya dengan baik, serta meletakannya di tempat yang mulia adalah bentuk tata krama dalam menuntut ilmu. Dan membiasakan mengambil ilmu dalam keadaan ia mempunyai wudhu adalah kesempurnaan dalam menghormati ilmu dan pembuka hati untuk menerima ilmu yang bermanfaat.
Penutup
Itulah sekelumit yang bisa kami hadirkan dalam rangka membangun diri dan masyarakat untuk menjadi hamba-hamba yang berilmu manfaat untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
Ada banyak hal lagi yang berkenaan dengan cara-cara menghormati majlis ilmu dan mencapai keberhasilan dalam menuntut ilmu. Diantaranya adalah adanya bekal yang halal, memilih guru dengan benar, mencari teman yang benar dan memilih ilmu yang lebih dibutuhkan. Semua ini bisa di lihat di dalam kitab Attibyan karangan Imam Nawawi dan kitab Ta’lim muta’allim karangan Imam Zarnuji. Semoga ini semua bermanfaat untuk kami sendiri dan kaum muslimin.
Wallahu a’lam bishshowab
No responses yet