Berawal dari kisah Soleh dan Ndarmin. Mereka kakak beradik anak dari seorang ibu petani di desa Subur Ayem, bukan Bubur Ayam. Ibu petani telah mendapat title “janda” setelah suaminya meninggal lantaran jatuh dari pohon jati 2 tahun lalu. Sepeninggal suaminya, ibu petani dan kedua anaknyalah yang mengurus sawah dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Letak perkebunan cukup jauh dari rumah yang mereka tempati. Untuk sampai ke kebun, mereka harus melewati hutan dan perbukitan yang merintang.
Suatu hari, Soleh dan Ndarmin mendapat tugas dari ibu untuk memanen buah delima dan buah penitu di perkebunan yang mereka miliki. Soleh ditugasi ibunya memanen buah delima, sedangkan Ndarmin bagian manen buah penitu. Mereka diberi bekal berupa keranjang dan sebuah kertas berisi tulisan nasehat-nasehat ibu dan petunjuk agar mereka bisa membawa pulang hasil panenannya dengan selamat dan sukses. Ibu berpesan, “Nak, baca baik-baik pesan-pesan ibu ya.,.ikuti petunjuk jalannya, jangan sampai kalian langgar satupun,.”
Soleh dan Ndarmin pun pergi ke kebun. Mereka melewati banyak rintangan di jalan. Menaiki bukit, melewati sungai, menjelajah hutan, dan rintangan lainnya. Karena letak pohon delima dan penitu berbeda, di suatu jalan mereka berpisah. Setelah menempuh jalan panjang dan berkat selalu mengikuti petunjuk tulisan ibunya, Soleh sampai di pohon delima. Ia pun dengan santainya memetik buah-buah delima dan memasukkan dalam keranjang.
Sementara di lain tempat, Ndarmin melihat pohon jambu dan dukuh yang rindang. Buah-buahnya pun sudah masak dan menggairahkan. Ia ingat di tulisan ibunya, ”Jangan panjat pohon dukuh besar yang di dekat sungai, itu bukan punya kita, dan ibu takut nanti kamu celaka.” Namun, walaupun ingat pesan ibu, Ndarmin tetap saja memanjat pohon dukuh itu karena tergiur dengan buahnya yang sudah masak. Setelah sampai di atas pohon, kepala Ndarmin menyundul sarang lebah. Sial baginya, puluhan lebah yang ada di sarang menyengat kepala dan tubuh Ndarmin. Ndarmin terjatuh, dan ia merasakan cenat-cenut akibat sengatan lebah. Ndarmin langsung lari terbirit-birit sambil menangis.
Akhirnya, Ndarmin pulang ke rumah sambil menangis dan menemui ibunya. “Kan ibu sudah bilang,jangan kamu langgar perintah ibu, begini kan jadinya.., buah tak dapat, malah bentol-bentol yang kau dapat..,” ucap ibunya. Beberapa saat kemudian, Soleh pun datang membawa buah delima satu keranjang penuh. Soleh bisa mendapat hasil karena ia turuti semua nasehat ibunya..,,
Kisah tersebut banyak mengandung pelajaran bagi kita. Salah satunya yaitu dengan menganalogikan tulisan pesan dari ibu dengan mukjizat Al Qur’an. Al Qur’an adalah mukjizat luar biasa yang diturunkan Allah kepada kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW. Setiap huruf dalam Al Qur’an mengandung rahmat, petunjuk, obat penawar, dan pelajaran bagi hamba-Nya yang mau berfikir. Barangsiapa yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an, dia akan selamat. Dan barangsiapa yang melanggar, maka akan celaka. Di dalam Al Qur’an Surah Al Baqoroh ayat 2, Allah SWT berfirman : “Kitab ( Al-Qur’an ) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Sudah sangat jelas bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk hidup, jalan menuju kebenaran, rule of thinking, dan pedoman bagi umat Islam. Kitab Al Qur’an diturunkan langsung oleh Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril sebagai mukjizat yang sangat luar biasa bagi umat, yang terpelihara kemurniannya sampai akhir zaman. Untuk itu, kita harus benar-benar menjadikan Al-Qur’an sebagai pegangan kita, imam kita, cahaya kita, rahmat, dan penuntun jalan bagi kita dalam menggapai ridho Allah SWT.
Saat ini, banyak terlihat dalam kehidupan kita, Al-Qur’an hanya dijadikan sebagai “bacaan”. Atau bahkan yang lebih parah lagi, Al-Qur’an sama sekali tidak pernah disentuh. Banyak orang hanya membaca Al-Qur’an tanpa memahami maknanya dan tanpa menjadikannya sebagai pedoman hidup. Hal inilah yang menimbulkan masih banyak permasalahan dalam hidup kita. Sebagai contoh, seorang pelajar yang belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah, dia pernah mambaca Al-Qur’an, dan dia tahu bahwa antara laki-laki dan perempuan ada batasan-batasan dalam bergaul, “Jagalah pandanganmu dan peliharalah kemaluanmu”, namun masih banyak kita temukan di kalangan pelajar yang “pacaran”, pergaulan bebas, dan pelanggaran nilai agama yang lain. Contoh lainnya, pedagang yang bertindak curang dalam menjual dagangannya, pejabat petinggi negeri yang tersangkut kasus “korupsi”, seorang karyawan yang lebih mementingkan waktu kerjanya daripada waktu sholatnya.. Ini semua disebabkan karena Al-Qur’an tidak dijadikan sebagai pedoman hidup.
Sebenarnya permasalahan hidup yang banyak terjadi di negeri ini adalah karena kesalahan kita sendiri dengan mengabaikan nilai-nilai dalam Al-Qur’an. Kita akan celaka sendiri karena pelanggaran dan dosa yang kita lakukan. Untuk itu, saudaraku, marilah kita hadirkan Al-Qur’an dalam sendi-sendi kehidupan kita. Jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Mudah-mudahan dengan kembalinya kita kepada Al-Qur’an, nageri kita tercinta bisa damai, permasalahan-permasalahan bisa teratasi, kesejahteraan hidup meningkat, dan yang utama sebagai sarana kita dalam mengenal biodata Allah SWT, mendekatkan diri kita kepada-Nya, dalam bekal menuju kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. Amiin..
*Aziz Muzaki – PPM Miftahul Khoir
No responses yet