Hidup ini adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT sebagai sang pencipta. Sebagai manusia kita seharusnya mensyukuri nikmat tersebut. Tetapi tahukah anda ada beberapa orang yang frustasi dalam hidupnya karena sebuah kegagalan? Hingga akhirnya mereka berputus asa dan mulai menyalahkan Allah SWT. Oleh karena dalam hidup ini kita memerlukan sesuatu yang dapat kita jadikan bahan untuk merenung, berfikir, dan mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Tahukah anda cerita Ibnu Hajar? Ya, cerita ini mungkin bahan motivasi dan renungan kita agar ketika kita putus asa kita masih diberikan kekuatan dan tetap berfikir positif. Singkatnya cerita ini berawal dari seorang santri yang sudah berpuluh puluh tahun belajar ilmu agama. Namun ternyata dia tidak memperoleh sedikitpun ilmu tersebut meski dia berusaha belajar dengan keras. Melihat teman –teman di sekitarnya, dia merasa iri. Dia mulai bertanya –tanya kenapa mereka bisa? Apa yang kurang dari saya? Mekipun begitu dia tidak pernah putus asa. Belajar dan terus belajar dilakukan setiap hari. Berpuluh-puluh tahun lamanya santri ini belajar tetapi belum juga mendapatkan hasil yang maksimal. Masih saja dia tertinggal dengan teman – teman sebayanya.
Sampai akhirnya kesabarannya hilang dan mulai berputus asa. Santri ini kemudian pergi meninggalkan tempat belajar. Rasa marah dan benci pada diri sendiri membuncah di dalam hatinya. Dia putus asa, dia berfikir bahwa sudah tidak ada guna belajar lagi. Dia menyusuri jalan dengan wajah yang murung dan akhirnya berhenti untuk beristirahat.
Dia melihat sebuah batu besar yang ditetesi oleh air secara pelahan – lahan tapi pasti. Kemudian dia mendekati batu tersebut dan mulai berfikir. Dia melihat ada lubang pada batu besar tersebut. Dia mulai berfikir, merenung dan mulai bertanya. Mengapa batu sebesar ini bisa dilubangi oleh air yang menetes secara perlahan tapi pasti ? Diam sejenak lalu berifikir. Diam lagi dan berfikir lagi mengapa hal ini bisa terjadi. Setelah lama merenung dia tersadarkan oleh pemikirannya sendiri. Dia menghubungkan kejadian pada batu besar ini terhadap apa yang sedang dia alami. Dalam hatinya mulai tampak suatu pencerahan, dia berfikir bahwa batu yang sebesar dan sekuat ini bisa terlubangi oleh tetesan air yang begitu kecil. Tetapi tetesan ini terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Dia berfikir kalau dirinya mau lebih lama lagi utuk sabar dan belajar kepada gurunya maka dia akan mendapatkan ilmu tersebut seperti halnya batu besar ini.
Tanpa berfikir, dia memutuskan untuk segera kembali ke tempat dia belajar dan segera meminta maaf kepada gurunya. Setelah dia kembali, Allah Sang Maha Adil menunjukkan keadilannya. Usaha santri ini yang berpuluh-puluh tahun akhirnya membuahkan hasil. Selepas dia kembali ke tempat menimba ilmu, dia dapat memahami seluruh ilmu yang dulu dia belum pernah bisa. Bahkan kemampuannya melebihi teman – temannya. Hinnga dia menjadi seorang ulama besar yang berpengaruh dalam ilmu agama. Dia mengarang berbagai kitab hadist salah satunya Bhulugul Marom. Ya itulah Ibnu Hajar.
Cerita ini tentunya dapat menginspirasi diri kita agar selalu berusaha dengan keras dan tak pernah putus asa dalam kondisi apapun. Usaha kita pasti dilihat oleh Allah SWT dan hasil adalah sebuah hadiah dari Allah SWT. Apapun hasilnya kalu kita berusaha semaksimal mungkin dan berdoa maka hati kita akan lapang menerima segalanaya. Toh kita sudah berusaha, tentunya usaha yang berkualitas dan berkelanjutan.
Agama islam telah memberikan banyak petunjuk hidup dan motivasi agar kita selalu yakin bahwa Allah adalah Sang Penggerak alam semesta. Banyak sekali orang–orang yang sukses, kaya, dan bergelimang harta mati karena bunuh diri. Ini disebabkan karena mereka tidak memiliki petunjuk hidup di dunia. Sehingga mereka memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Nah, sebagai orang islam hendaknya kita bersyukur atas anugerah Islam yang telah diberikan Allah. Banyak juga orang diluar sana yang tidak beragama, mereka hanya memikirkan bagaimana hidup bahagia di dunia. Tetapi mereka lupa akan akhirat. Hati mereka kosong, jiwa mereka mati, dan ruh mereka hampa. Sungguh, betapapun orang tersebut hidup bergelimang harta namun hati mereka mati. Mereka takut akan kematian yang menjemput sewaktu-waktu. Alhamdulillah, kita diberi iman dan islam. Subhanallah.
*Zaenur Ridho Arrosyad – PPM Miftahul Khoir
No responses yet