kepemimpinan ppm miftahul khoir bandung

Oleh : Ridwan H.H. dan Yogi Is Ariyanto
Buletin Jumat Khoriul Kalam Edisi #3

Bagaimana sih memilih pemimpin menurut pandangan islam tuh ?
Ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat pemimpin. Pertama, pemimpin dalam pandangan Islam bukan hanya ikatan sosial antara pemimpin dengan yang dipemimpinnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian dengan Allah Swt. Allah Swt berfirman, “Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim me-laksanakannya dengan baik. Allah berfirman : Sesungguhnya Aku akan men-jadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah Swt.menjawab: Janji (amanat) Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim”. (QS. Al- Baqarah (2): 124)

Hakikatnya pemimpin merupakan amanah yang diberikan oleh Allah Swt. kepada seseorang untuk melaksanakan tanggung jawabnya melayani yang dipimpin, dan kekuasaan itupun tidak digunakan untuk menambah dirinya lebih dari yang dipimpin. Akan tetapi, digunakan sepenuhnya untuk kepentingan melayani yang dipimpin. Maka, seorang pemimpin itu akan dapat merasakan manisnya buah kepemimpinan setelah yang dipimpin merasa puas akan kepemimpinannya.

Karena itu, ketika sahabat Nabi Saw, Abu Dzarr, meminta suatu jabatan, Nabi saw bersabda: “Kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di hari kemudian (bila disia-siakan).” (Hr. Imam Muslim). Sikap yang sama juga ditunjukkan Nabi saw ketika seseorang meminta jabatan kepada beliau, dimana orang itu berkata: “Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang diberikan Allah kepadamu.” Maka Rasulullah saw menjawab : “Demi Allah, Kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang menginginkan atau ambisi pada jabatan itu.” (Hr. Imam Bukhari & Imam Muslim).

Kedua, pemimpin dituntut adil. Karena adil merupakan sikap bahwa seorang pemimpin harus tanggung jawab atas rasa adil pada yang dipimpin dengan menunjukan kasih sayang kepada yang dipimpinnya agar tidak menimbulkan pilih kasih. Dalam surat QS. Shad [38] : 22, “Wahai Daud, Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka berilah putusan antara manusia dengan hak (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu”.

Dengan demikian, hakikat pemimpin sejatinya adalah seorang pemimpin yang sanggup untuk adil dan menjalankan amanat Allah Swt. dalam melayani umat/dipimpin.

Karakter pemimpin itu mesti bagaimana ya?
Minimal ada empat hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, sebagai syarat untuk menjadi pemimpin. Semuanya terkumpul di dalam empat sifat yang dimiliki oleh para nabi / rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu:

  1. Shidiq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya.
  2. Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah Swt.
  3. Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul.
  4. Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi).

Memilih pemimpin
Dengan mengetahui hakikat pemimpin di dalam Islam serta karakter apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka kita wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits. Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah). Sebab
tanggungjawab atas pengangkatan seseorang pemimpin akan dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (dipimpin). Dengan kata lain orang yang dipimpin harus selektif dalam memilih pemimpin .

Sikap kita itu mesti bagaimana terhadap pemimpin?
Sikap kita itu harus mentaati pemimpin, dengan rasa mencintai, menyenangi, atau sekurangnya tidak membencinya. Sabda Rasulullah saw: “Barang siapa yang mengimami (memimpin) sekelompok manusia (walau) dalam sholat, sedangkan mereka tidak menyenanginya, maka sholatnya tidak melampaui kedua telinganya (tidak diterima Allah)”.

Demikianlah Al-Quran dan Hadits menekankan bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi pemimpin. Sebab, memilih pemimpin dengan baik dan benar adalah sama pentingnya dengan menjadi pemimpin yang baik dan benar. Semoga dengan adanya pemimpin yang baik dan benar, baik dalam lingkup bernegara ataupun kelompok, masyarakat (yang dipimpin) akan merasa puas serta ridho dengan kepemimpinan
tersebut.

Categories:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tweet oleh @mimkho_PPM
× Ada yang bisa kami bantu?