Disampaikan oleh Ust. Ajil Yumna di Majelis Riyadloh pada tgl 16 Mei 2013 dalam rangka menjalankan perbaktian dan peribadatan kepada Allah swt, kita harus bisa mengoreksi diri dan mencari kesalahan diri karena kalau kita tidak bisa untuk mengoreksi diri sendiri maka kita akan merasa nyaman dalam perbuatan salah. Tatkala kita sudah terbiasa dalam perbuatan salah, maka itu akan menjadi penghalang diri kita kepada Allah swt.
Adapun jalan untuk mengoreksi diri itu diantaranya :
- Dengan ilmu tauhid, yakni senantiasa ingat bahwa apapun kejadian yang menimpa kepada diri itu telah ditetapkan oleh Allah di lauhil mahfudz dan kewajiban diri hanya menyesuaikan diri, sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah pada setiap takdir yang terjadi.
- Dengan ilmu fiqih, yakni selalu menyaring setiap kelakuan yang kita kerjakan, apakah itu wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram?
Adapun modal ihtisabunnafsi :
- Membaca lafadz “Laa haula Walaa Quwwata Illaa Billah”
- Membaca Subhanallah
- Membaca Istighfar
Manusia yang mampu mengoreksi kesalahan diri sendiri, maka akan mendapat 4 predikat,
- Taaib (orang yang taubat), orang yang menyadari dan merasa dirinya dalam kesalahan, pasti akan cepat-cepat bertaubat dan tidak ingin terus dalam kesalahan
- Shoobir (orang yang sabar), kalau sudah taubat, maka akan timbul sikap sabar dalam dirinya. Sebab Allah tidak semata-mata memberikan musibah kecuali sebagai peringatan bahwa dirinya ada dalam kesalahan
- Syaakir (orang yang syukur), kalau sudah sabar, maka akan timbul rasa syukur dalam dirinya. Alhamdulillah, meskipun diri ini salah, tapi Allah masih sayang, buktinya diri ini tidak langsung di ‘adzab oleh Allah layaknya ummat terdahulu
- ‘Aarif, sabar dan syukur merupakan salah satu sikap orang yang Al-‘Arif Billah (‘Arifin)
Sebaliknya, apabila kita tidak bisa mengoreksi kesalahan diri sendiri, tapi malah mencari-cari kesalahan orang lain, maka akan mendapat predikat,
- Hasid (orang yang hasud)
- Mutakabbir (orang yang sombong)
- Qoswatul Qulub (keras hati)
No responses yet