masjid khoiru ummah dago

Mengenai israf Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-Zumar: 53:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba -Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Zumar: 53)

Dalam ayat tersebut terdapat kata asrofuu yang berarti melampaui batas. Yang mana bisa mencakup dalam hal harta, perbuatan ataupun yang lainnya. Dalam hal harta Allah memperingatkan kita dengan firman-Nya dalam QS. Al-‘Arof: 31:

وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-‘Arof: 31)

Dalam ayat diatas sudah jelas bahwa Allah SWT tidak menyukai orang yang makan atau minum berlebihan. Rosulullah SAW pun telah mencontohkan adab dalam makan dan minum dalam hadist yang artinya: “Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.“ Baginda Muhammad S.A.W meminta seseorang itu untuk mengisi 1/3 daripada ruang perutnya dengan air, 1/3 dengan makanan dan selebihnya dengan ruang kosong (udara). “Wahai Rasulullah, kami ini setiap kali makan tidak pernah kenyang.” Maka Rasulullah berkata: “Pasti masing-masing kamu makan sendiri-sendiri.” Orang itu menjawab: “Benar, Ya Rasulullah!” Rasulullah berkata: “Berjamaahlah dalam menyantap makananmu.” (Hadis Riwayat At Tirmidzi)

Dalam hadist diatas sungguh mengandung makna yang dalam. Ketika kita mengisi ruang perut kita dengan 1/3 air, 1/3 dengan makanan dan 1/3 lagi dibiarkan kosong maka kita tidak akan merasa kekenyangan sehingga tidak akan mengganggu ibadah ataupun aktivitas kita yang lainnya.

Dari hadits tersebutpun kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebenarnya Allah SWT telah memberi batasan-batasan dalam segala hal. Ketika kita makan Allah membatasinya dengan kenyang, ketika kita olahraga Allah membatasinya dengan capek dan hal hal lainnya pun Allah pasti sudah memberi batas terakhir agar kita berhenti.

Berbeda dengan konsep ekonomi sekarang yang mana menyebutkan bahwa ekonomi adalah bagaimana cara manusia memenuhi keinginan manusia yang tidak terbatas dihadapkan dengan sumber daya alam yang terbatas sehingga timbulah kelangkaan. Padahal ada pendekatan lain selain keinginan yaitu kebutuhan. Jika pendekatan kebutuhan ini diterapkan maka pasti tidak ada yang namanya kemiskinan. Karena ketika kita hanya memenuhi segala hal sesuai kebutuhan kita masing masing maka pasti sumberdaya alam pun pasti akan memenuhinya.

Hal itu pun diperjelas dengan firman Allah SWT bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu sesuai ukuran dan takaran masing masing. Maka jika umat memenuhi segalahal sesuai kebutuhan dan tidak berlebih-lebihan (israf) insyaallah semua orang akan sejahtera.

Categories:

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tweet oleh @mimkho_PPM
× Ada yang bisa kami bantu?