Keterangan berikut ini disarikan dari penjelasan seorang guru : Al-Ustadz Ajil Yumna, ketika membahas suatu qoul (perkataan) yang diambil dari kitab Al-Hikam karya Ibnu ‘Athoillah tentang takdir Allah yang tak pernah lepas kepada manusia.
Penjelasan tentang takdir Allah : Ada empat jenis takdir Allah yang seringkali menimpa / melekat pada manusia, dan ada empat jenis sikap terbaik yang harus dilakukan manusia terhadap takdir tersebut (istilahnya muqtadhol haq). Antara keempat takdir Allah dengan muqtadhol haq tersebut adalah berpasangan. Keempat pasangan tersebut yakni :
No.| Takdir Allah | Muqtadhol Haq
1. | Musibah | Sabar
2. | Nikmat | Syukur
3. | Taat | Syuhud
4. | Maksiat | Istighfar (Taubat)
Sedikit penjelasan mengenai muqtadhol haq :
- Sabar adalah sikap terbaik yang dilakukan manusia terhadap takdir Allah yang berupa musibah. Yakinlah bahwa segala sesuatu ada hikmahnya, bahwa setiap musibah bisa menggugurkan dosa, bahwa musibah merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah.
- Syukur adalah sikap terbaik yang dilakukan manusia terhadap takdir Allah yang berupa nikmat. Ingatlah selalu dengan firman Allah yang menjelaskan bahwa semakin bersyukur maka semakin ditambah nikmatnya.
- Syuhud adalah sikap terbaik yang dilakukan manusia terhadap takdir Allah yang berupa ketaatan yang dilakukan. Syuhud berarti menyaksikan/ mengakui bahwa kemampuan melaksanakan ketaatan adalah semata-mata atas kehendak Allah, bukan hanya kemampuan diri, sebab Allah menghendaki siapa yang diberi hidayah dan siapa yang disesatkan.
- Taubat adalah sikap terbaik yang dilakukan manusia terhadap takdir Allah berupa kemaksiatan yang dilakukan. Allah dalam Surat Asy-Syams menerangkan bahwa manusia diberi ilham melakukan keburukan dan ketakwaan, sehingga jika kemaksiatan tersebut terlanjur dilaksanakan (sebab kecenderungan manusia melakukan kedua jenis ilham tersebut), maka bertaubatlah. Salah satu hikmah dari maksiat yakni Allah mengajarkan bagaimana nikmatnya memohon ampun / bertaubat sehingga menemukan kenikmatan lain yakni berupa jauhnya dari kemaksiatan.
One response
Mari kita renungkan!!!