Pendahuluan
Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoir Bandung merupakan pesantren mahasiswa yang memiliki konsep pembekalan ruhiyah sekaligus tempat pemondokan bagi mahasiswa muslim. Pesantren ini merupakan pesantren mahasiswa di Kota Bandung dan di dalamnya terdapat para mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Bandung seperti Polman, ITB, ITENAS, UIN Bandung, ST LIKMI, UPI, Politeknik LP3I, Unpad, UPI, Unikom, STIE Ekuitas, Unisba, dan Institut Manajemen Telkom. Para santrinya sendiri cukup heterogen karena berasal dari berbagai provinsi di Indonesia seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.

Secara kelembagaan, Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoir tidak terkait dengan ormas keagamaan manapun seperti NU, Muhammadiyah, dan Persis. Tidak terkait partai politik manapun. Tidak terkait dengan Alqaida, Jamaah islamiyah, FPI, HTI, NII, LDII, Kammi, HMI dan lain-lain. Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoir berada di bawah koordinasi MUI Kota Bandung dan Departemen Agama Kota Bandung.

Sejarah lengkap
Pondok Pesantren Miftahul Khoir didirikan oleh seseorang yang mempunyai hubungan sangat erat dengan para ulama dan pesantren, beliau adalah K.H. Ahmad Umar. Atas dasar kecintaan beliau terhadap ulama dan pesantren, akhirnya beliau mendirikan pesantren yang di cita–citakannya. Peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Miftahul Khoir dilakukan oleh K.H. Choer Affandi (Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya) bertepatan dengan bulan Muharram 1402 H/ 1985 M. Pada awal pembangunan pesantren tersebut, sempat dihadiri oleh para alim ulama dan tokoh masyarakat, seperti K.H. Ateng Izzudin (Pondok Pesantren Pulosari Limbangan), K.H. Ruhimat (DKM Al-Amin), K.H. Jumaeli (Pondok Pesantren Miftahul Jannah Ciburial), H. Ahmad Hudori, H. Ahmad Nasruddin, Drs. H. Hudaya (Kabag. Kesra. Kota Bandung) dan beberapa tokoh lainnya. Yang bertindak sebagai Dewan Nadzir Pondok Pesantren Miftahul Khoir diantaranya Drs. K.H. AF Ghazali, S.H (Ketua MUI Kota Bandung), K.H. Hasan Amirudin (Pimpinan Pondok Pesantren Cikuya Cicalengka), K.H. Ateng Izzudin (Pimpinan Pondok Pesantren Pulosari Limbangan), K.H. Ahmad Rifa’i, S.E (Dosen UNPAD), Drs. H. Asep Ahmad Djaelani M.M, H. Ayi Ahmad Syafe’i S.E, H. Didi Rojul Ulum, H. Qadarusman dan H. Iwan Ahmad Rohiwan S.T.

Pondok Pesantren Mifathul Khoir diresmikan pada tahun 1987, bersamaan dengan kegiatan seminar dengan tema “Pesantren Menghadapi Tantangan Zaman”. Dalam acara peresmian tersebut, dihadiri beberapa tokoh diantaranya K.H Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai pembicara, dan moderatornya Drs. Djalaluddin Rakhmat (Dosen UNPAD), Drs. Fahmy Lukman (Dosen UNPAD). Sebagai MC yaitu Drs. K.H Bukhori Muslim (MUI Kec. Coblong), dan yang menyelenggarakan acara seminar tersebut adalah K.H Ahmad Rifa’I, S. E (Dosen UNPAD). Dalam acara peresmian pesantren dan seminar tersebut dihadiri kurang lebih seribu jama’ah yang datang dari berbagai daerah. Hal ini menunjukkan akan kecintaan masyarakat terhadap pesantren.

Nama Miftahul Khoir diberikan oleh K.H. Choer Affandi. Pada awal berdirinya Pesantren Miftahul Khoir, pesantren ini dirancang sebagai sebuah pesantren salafi (tradisional). Untuk pertama kali, pengolahan Pesantren Miftahul Khoir dipercayakan oleh K.H. Ahmad Umar sebagai pendiri pesantren dan K.H. Endin Afendi (Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya) sebagai pengasuh pesantren bersama Drs. Fahmy Lukman pada tahun 1987. Waktu itu Pesantren Miftahul Khoir telah memiliki santri lebih dari 200 orang, baik yang mukim ataupun yang tidak mukim, dan selama itu pula rutin diadakan pengajian. Pengajian rutin tersebut banyak diikuti oleh tokoh masyarakat seperti Ustadz Cecep, Ustadz Ahmad Juandi dan tokoh-tokoh lainnya. Akan tetapi ketika K.H. Endin Afendi pindah dari Pesantren Miftahul Khoir ke Masjid Darul Ulum Legok Kiris pada tahun 1992 dan K.H. Endin Afendi wafat pada tahun 1994 terjadilah masa transisi Kyai. Dan untuk sementara pesantren dipegang oleh Drs. Fahmy Lukman, dan pesantren sempat vakum karena tidak memiliki pengasuh.

Kondisi ini mendorong K.H. Ahmad Umar mencari pengganti K.H. Endin Afendi (alm) yaitu Drs. K.H. Djalaluddin Asy-Syatibi yang pada waktu itu masih menjadi staff pengajar di Pondok Pesantren Sumur Bandung untuk bersedia menjadi pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Khoir. Animo masyarakat kota Bandung waktu itu tidak terlalu besar terhadap pesantren, sehingga perkembangan pesantren tidak signifikan. Karena kebanyakan santri yang ta’lim waktu itu adalah santri kalong (bolak-balik ke rumah) dan mayoritas yang ikut ta’lim adalah para mahasiswa, sehingga pada tahun 1994 ada dorongan untuk mengubah Pondok Pesantren Miftahul Khoir yang salafi berubah menjadi Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoir. Jadi, secara resmi Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoir dimulai pada tahun 1994. Pada awal berdiri tersebut, yang bertindak sebagai pengasuh pertama adalah Drs. K.H. Djalaluddin Asy-Syatibi, sementara yang menjadi dewan assatidz pesantren adalah K.H. Hafidzin, Ustadz. Saiful Islam Mubarok Lc , K.H. Abdullah Gymnastir (Daarut Tauhiid), dan K.H. Hasbullah (Darul Hikam).

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2004 pada saat Drs. K.H. Djalaluddin Asy-Syatibi menjadi pengasuh PPM Miftahul Khoir, beliau terpilih menjadi anggota DPR, sehingga kepemimpinan pesantren mengalami masa transisi. Lalu secara organisator diserahkan kepada Yayasan Miftahul Khoir yang kepengurusannya dipimpin oleh Ir. Harun Djuned, Ph.D dan dewan pembina sekaligus sebagai penyandang dana dipegang oleh Drs. H. Asep Ahmad Djaelani, M.M yang pada saat itu menjabat sebagai sekretaris daerah Kabupaten Tasikmalaya.

Pihak Yayasan Miftahul Khoir kemudian menunjuk Ustadz Ajil Yumna Al-Qurthuby dari Pondok Pesantren Barkatul Huda Manonjaya, Tasikmalaya sebagai Pengasuh PPM Miftahul Khoir sampai sekarang. Dalam pelaksanaan tugas kesehariannya dalam mengasuh pesantren, Ustadz Ajil Yumna dibantu oleh tim assatidz yaitu Drs. K.H. Anwar Nur Yamin (alumni PP Sukamanah), K.H. Hafidizin (alumni PP Miftahul Huda), Drs. K.H. Ahmad Sauban, Ustadz Bambang Triyono, M. Ag, Ustadz Hilman Miftahurrojak S.Ag (alumni PP Cipasung), Ustadz Nasirul Haq (alumni PP Barkatul Huda), Ustadz Musthofa Kamil dan para asatidz lainnya.

Pada tahun 2010, PPM Miftahul Khoir resmi membuka pendaftaran untuk santri putri. Saat pertama kali dibuka, santri putri berjumlah tiga orang saja. Tahun berikutnya, jumlah santri putri hampir mencapai kapasitas maksimum asrama. Dan sampai sekarang, PPM Miftahul Khoir masih terus menerima mahasiswi untuk menjadi santri.

Sistem pembelajaran
Waktu belajar di PPM Miftahul Khoir disesuaikan dengan jadwal rutinitas kuliah para santri (yang kebanyakan mahasiswa) dengan durasi dua kali ta’lim dalam sehari yaitu setelah maghrib sampai pukul setengah sembilan dan ba’da shubuh sampai pukul enam pagi. Para santri terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas I’daad, Ibtida’ dan Wustho. Materi ta’lim yang diajarkan meliputi kajian tentang aqidah, fiqih, akhlaq, ilmu tata bahasa arab, ilmu Al-Qur’an, sirah nabawiyyah dan praktek-praktek kehidupan Islami. PPM Miftahul Khoir berpegang teguh pada aqidah asy’ariyah dan fiqih syafi’iyah. Kitab-kitab yang diajarkan diantaranya Tijan Dharori, Safinatun Najah, Arba’in Nawawi, Diktat Aqidah Islamiyah (susunan K.H. Choer Affandi), Fathul Qorib, Jurumiyah, Imrithi, Kaylani, Mukhtarul Ahadits, Tafsir Ibnu Abbas, Ta’limul Muta’allim dll.

× Ada yang bisa kami bantu?