muslimah, ingin menikah dengan gadis pesantren

Wanita Sholihah (sebagai Istri, Ibu dan anak dalam Keluarga)

Perempuan mempunyai tugas urgen dalam keluarga yaitu sebagai seorang istri salah satunya. Menjadi istri solehah tidak mudah, dilihat banyaknya kasus perceraihan dan KDRT, diantara factor-faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah istri yang tidak memiliki ahlakul karimah dan kurang tahu agama, serta tidak tahu trik-trik untuk melayani suami. Namun seandainya istri itu faham akan syari’at agama dan tahu bagaiman islam mengatur hubungan suami istri dalam ahwalu syahsyiah, pasti dengan cerdas ia mampu melayani dan membahagiakan suami.

Adapun tugas istri sholihah yaitu:

1. Sebagai teman atau partner hidup suami
Saat suami memiliki masalah maka seorang istri dapat diajak berdiskusi menyelesaikan masalah, serta menenangkannya dengan memberikan solusi atau sekedar mendengar keluh kesah suami, terkadang istri juga harus bisa menjadi tempat sampah, tempat dimana suami ingin menuangkan berbagai problem yang dihadapinya.

2. Penasihat yang bijak bagi suami
Sebagi manusia biasa, tentunya suami juga tak luput dari kesalahan. Terkadang ia merasa bersalah dan terkadang tidak sadar akan kesalahan yang telah diperbuat, sehingga kita sebagai seorang istri selalu mengingatkan dan saling mengarahkan pada kebenaran. Begitu juga sebaliknya jika hal itu terjadi pada diri kita sebagai istri.

3. Motivator suami
Istri adalah pendorong atau motivator disaat suami memiliki suatu keinginan atau tujuan yang ingin dicapainya. Di sini peran istri adalah memberikan dorongan kepada suami sampai mencapai apa yang dia harapkan baik dalam pekerjaan ataupun dalam urusuan ibadah. Misalkan ketika suami kita malas bangun malam karena capek dari kerja seharian, maka tugas kita sebagai istri adalah membangunkan suami kita pelan-pelan, kita ajak dia bribadah bersama-sama sehingga kita bisa menjadi pendorong suami agar tetap istiqomah dalam beribadah kepada Allah. Dan pada prinsipnya semua peran istri diatas dapat dilakukan dengan baik dan lancar apabila ada keterbukakan satu sama lain antara suami istri dan juga harus saling pengertian.

Peran Wanita Sebagai Ibu

Kasih ibu sepanjang jalan, tak kenal lelah dan mengeluh dalam mendidik anak-anak. Perempuan dalam keluarga memiliki peran ganda selain sebagai istri ia juga berperan menjadi ibu. Mari kita bayangkan andaikan dalam sebuah keluarga kita, kehilangan figur ibu, apa yang akan terjadi? Pastinya kita akan kehilangan sosok yang dapat memenuhi kebutuhan kita, baik kebutuhan fisik, psikis, dan spiritual, terlebih kita akan kehilangan seseorang yang mengasihi kita melebihi dari dirinya sendiri.

Disamping itu kita akan kehilangan seseorang yang bisa menjadi penuntun bagi kita di dalam keluarga, yang memberikan teladan baik bagi anak-anaknya, sebab ibu yang cerdas dan mulia akan melahirkan pribadi anak yang berkualitas.

Seorang wanita adalah pemeran utama dalam mencetak orang-orang yang besar atau orang yang hebat. Mengapa? Jika kita berbicara mengenai pendidikan anak, maka yang berpengaruh besar terhadap pendidikan anak adalah seorang ibu walaupun tentunya keikutsertaan bapak tidak diabaikan begitu saja, dalam artian seorang bapak juga bertanggung jawab dalam keberhasilan anak. Hal ini karena disebabkan beberapa faktor, diantaranya;

Ibulah yang lebih bisa meluangkan waktu kepada anak, bukan seorang ayah yang sibuk mencari nafkah untuk keluarga di luar rumah, maka dari itu ikatan naluri ibu lebih kuat dibandingkan sang ayah.
Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya sebab beliaulah yang mendidik mulai dari kandungan, hal ini terbukti bahwa saat anak masih dalam kandungan, ia telah mampu mendengar dan merasakan apa yang dirasakan oleh sang ibu.

Dari sini telah jelas, bahwa ibu yang menentukan baik tidaknya prilaku dan budipekerti anak-anaknya. Perempuan dituntut untuk mampu melakoni peranya dengan baik, karena pada dasarnya ia juga merupakan seorang anak dari orang tuanya, maka dari itu wajib baginya untuk taat, dan membalas budi dengan membantu segala kebutuhan keluarga orangtua. Tentu semua ini tidak mudah, di satu sisi ia harus melayani suami, mengasuh anak, dan membantu menyelesaikan pekerjaan ibunya.

Semua indah pada masanya, jika kita bayangkan mungkin pikiran kita tidak sampai, pekerjaan seambrek harus selesai dalam satu waktu. Apalagi ketika anak-anak kita masih kecil, pasti butuh perhatian ekstra, belum lagi menghandle semua pekerjaan rumah, pastinya sangat capek. Walaupun pekerjaan rumah terkesan sepele namun justru sangat melelahkan.

Namun semua itu akan menjadi indah, saat anak-anak telah tumbuh dewasa dan menjadi pemuda berkualitas. Inilah waktu kita memanen, karena bersama kesulitan ada kemudahan sesuai.

Solusi agar mampu menjalaninya yaitu dengan husnudzon (berbaik sangka), bersabar serta sepintar mungkin mengatur waktu sehingga tidak ada tugas yang dikorbankan.

Menilik baet an-nubuah (keluarga nabi), bagaimana kehidupan di balik keluarga Fatimah yang amat sangat sederhana?! Fatimah yang mendapat julukan al-batul, seorang wanita yang mulia di zamannya juga merasakan hal yang sama. Begitu banyanya tugas yang harus dijalaninya setiap hari, ia merasa telah capek dan tidak sanggup mengerjakan seluruh pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri, sehingga ia mengadukanya kepada Ali, agar membelikannya budak untuk meringankan bebanya. Ali berkata: “Mintalah kepada ayahmu (Rosulullah SAW.). Kemudian Fatimah memberanikan diri datang kepada Rosulullah saw. akan tetapi apa yang terjadi?! apakah Rosulullah saw. membelikannya budak?!, ternyata tidak melainkan menyuruh Fatimah untuk bertasbih sebanyak 33x, bertahmid 33x dan bertakbir 33x menjelang tidur. Dan dengan istiqomah membaca aurad fatimy ini menjadikan pekerjaan berat menjadi terasa ringan serta menjadikan hati kita tentram.

Terkadang ada beberapa pekerjaan yang over lapping semisal suami kita memerintahkan kita untuk di rumah menjaga anak kita yang lagi sakit, di satu sisi ayah kita juga sakit mengharap kedatangan kita, apa yang harus kita prioritaskan? dan perintah siapa yang harus kita dengar?!. Posisi seperti ini terkadang membingungkan. Karena tanpa ayah dan ibu, kita juga tidak akan ada, maka dari itu kita mencoba membahagiakan mereka. Allah berfirman :

واعبدوا الله ولا تشركوابه شيئا وبالوالدين احسانا

“Sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. (Al-Isra’:36)

Begitu pentingnya kedudukan orang tua, namun ketika kita telah menikah maka ketaatan kita berpindah kepada suami dan hak suami lebih didahulukan dari pada orang tua, sehingga apabila kewajiban tersebut bertentangan, maka yang didahulukan adalah kewajiban kita sebagai istri kepada suami, tapi jangan sampai mengabaikan ibu dan ayah. kita harus berusaha untuk bisa melakukan kewajiban-kewajiban kita sebagai anak, sebgai istri, dan sebagai ibu semampu kita.

Ada sebuah kisah seorang istri sholihah yang patuh kepada suaminya hingga menghantarkan orang tuanya masuk surga. Seorang lelaki (suami) hendak berpergian, sebelum berangkat ia meminta istrinya agar tidak turun dari tempatnya yang berada di bangunan tingkat atas, sedangkan orang tuanya berada di tingkat bawah. Setelah beberapa hari kemudian orangtuanya sakit, akhirnya perempuan itu mengutus pembantunya untuk menghadap Rosulullah saw. untuk minta izin turun sebentar menjenguk orangtuanya.

Tapi Rosulullah berkata kepadanya: “taatilah suamimu, jangan kau turun.”

Tidak begitu lama, akhirnya orang tuanya meninggal dunia perempuan itu sangat sedih sekali sehingga ia mengirim utusannya lagi menghadap Rosulullah saw. untuk minta izin, agar dirinya dapat menyaksikan jenazah orang tuanya.

Akan tetapi Rosulullah tetap berkata kepadanya: “taatilah suamimu…”

Maka akhirnya orang tuanya dikuburkan, tanpa kehadiran perempuan tersebut (anaknya). Tidak begitu lama, Rosulullah saw. mengutus seseorang untuk memberi tahu pada perempuan itu bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosa orang tuanya disebabakan ketaatan perempuan itu pada suaminya.

Subhanallah, betapa adilnya Allah swt. Di balik ketaatan istri solihah mengantarkan orang tuanya masuk surga. Islam begitu indah mengatur misteri kehidupan serba tidak terduka dan semua ini adalah berkat dari kesabaran dan keikhlasan seorang istri tunduk pada perintah suami sebagai pemimpin rumah tangga. Dan dalam genggaman istri sholihah lah akan menuju family togetherness sakinah mawadah wa rohmah.

(Tulisan ini dikutip dari kajian keputrian oleh Mahasiswi Al Ahgaff, yang disusun oleh: Umi Lailatul Maimunah)

Categories:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tweet oleh @mimkho_PPM
× Ada yang bisa kami bantu?