kegiatan ta'lim ppm miftahul khoir

Pesantren diambil dari kata santri yang mendapatkan awalan pe- dan akhiran -an, yang mempunyai arti tempat tinggal santri. Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan islam yang dipimpin oleh kyai.

Pendidikan merupakan kebutuhan primer yang menuntut kita mengikuti arus perkembangannya. Kita bisa melihat kemajuan suatu negara bergantung dengan seberapa besar kepedulian masyarakatnya dalam pendidikan, pengetahuan, dan sikap generasi muda negeri tersebut. Pesantren, muncul sebagai wadah yang bersifat produktif mencetak generasi muda unggul dalam prestasi dan mengedepankan budi pekerti luhur dengan memegang kuat syari’at Islam. Pesantren berdiri dengan kurikulumnya yang memiliki khas tersendiri.

Dengan melihat perkembangan zaman dan kurikulum yang terdapat di pesantren, pesantren dibagi menjadi dua bagian. Pertama, pesantren salafi, yaitu suatu lembaga yang tidak lepas dengan kitab kuning dan menjadi pijakan utama. Berbeda dengan pembagian kedua, pesantren modern (khalaf) yang menyeimbangkan kurikulum antara umum dengan diniyyah, antara duniawiyyah dan ukhrowiyyah. Dari kedua macam pesantren ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun memiliki misi yang satu, yaitu membentuk pribadi luhur bangsa.

Peran Pesantren

Pesantren berkecimpung sangat besar dalam membangun kepribadian luhur. Santri yang dikemas dengan peraturan, dapat mendorong santri menjadi sosok yang lunak, dengan kata lain mereka lebih peka dalam suatu kepemimpinan. Mereka bisa dipimpin dan memimpin bangsa. Membangun sifat solidaritas yang kuat antara sesama, karena mereka hidup jauh dari keluarga, mau tidak mau mereka akan hidup mandiri berusaha memecahkan masalah mereka sendiri. Selain itu dalam metode pembelajaran santri dituntut hidup lebih menerima dengan apa yang mereka miliki. Dengan penyama rataan tahta dan kasta. Mereka yang hidup bersama dalam satu asrama, melaksanakan kegiatan bersama, dan jauh dari orang tua. Akhirnya, akan timbul rasa persatuan dan memupuk rasa kebersamaan. Santri lebih merasa diawasi karena mereka selalu dikontrol. Dengan adanya sistem inilah sedikit demi sedikit kepribadian mereka berubah dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.

Pesantren adalah Pendidikan Berkarakter

Jika kita lebih mencermati dan meneliti lebih dekat, sebenarnya makna pendidikan berkarakter mencakup metode pembelajaran yang terdapat di pesantren. Tidak materi saja yang didapatkan oleh santri, tapi di pesantren menanamkan nilai kedisiplinan dan nilai sosial. Pesantren dua puluh empat jam di bawah bimbingan dari kyai sehingga lebih terkontrol dengan peraturan yang ada sehingga menjadikan santri mempunyai sifat disiplin. Pesantren dengan kelebihannya dalam menggunakan sistem nyantri, memisahkan diri dari hal-hal yang kurang baik dan bersatu dari berbagai suku dengan niat yang satu. Dan adanya semangat sehingga akan terbentuk motivasi belajar santri dengan puncaknya sehingga tidak heran kalau terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara jeblosan pesantren dengan jeblosan formal murni. Karena santri belajar tanpa memandang pentingnya suatu ijazah, namun tujuan mereka membinasakan kebodohan dan mengedepankan kemampuan. Pada dasarnya tujuan pesantren adalah membina dan membentuk generasi yang berkarakter Islami.

Pesantren Nggak Gaptek

Banyak orang beranggapan bahwa yang namanya santri tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Mereka hanya diam di gubuk suci yang jauh dari hiruk pikuk perkembangan zaman. Setiap harinya tersibukkan oleh kegiatan keagamaan saja. Namun itu semua tidak benar. Justru dengan kehidupan mereka yang serba sederhana, akan tertanam suatu filter yang mampu mengarahkan mereka ke jalan yang benar, sehingga mereka akan memilah mana jalan yang patut dipilih. Dan Islam tidak melarang adanya inovasi baru. Sebagaimana salah satu misi pesantren:

اَلْمُحَافَظَةُ عَلَى الْقَدِيْمِ صَاِلٌح وَالْأَخْذُ بِالْجَدِيْدِ أَصْلَحُ

“Menjaga tradisi lama adalah baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.”

Berbeda halnya dengan mereka yang tidak dari kalangan pesantren. Mereka tidak dibekali dengan batasan-batasan. Ketika mereka disuguhkan ke sesuatu yang baru, mereka akan kesulitan membatasi dan mengekang dirinya dari suatu keburukan. Bahkan tidak bisa dipungkiri banyak dari mereka yang masih kurang memahami hukum-hukum syari’at.

Apakah esensi pesantren pada abad 21 terkini mengalami penurunan atau bahkan perubahan?

Selain beredar anggapan bahwa pesantren itu gaptek, beredar anggapan pula yang menganggap bahwa eksistensi pesantren sekarang mulai berubah. Pesantren hanya pembuangan anak-anak bermasalah, ibarat pesantren seperti bengkel tempat pembuangan mobil-mobil yang rusak. Akhirnya, wali santri menitipkan anaknya ke pesantren dengan tujuan yang tidak semestinya, ingin mengurangi tanggung jawab anaklah, sudah tidak tahan dengan perilaku anaklah, dan lain sebagainya. Namun sekali lagi, anggapan ini harus diluruskan. Kita kembalikan lagi pada misi dan visi pesantren dan dikembalikan pula pada tujuan wali santri tersebut dalam sikap mereka untuk menaruh anak-anak mereka ke pesantren. Yang jelas, orang tua adalah pembimbing utama anak. Pendidikan anak ada di tangan orang tua. Anak yang cerdas di tangan orang tua yang cerdas.

Penutup

Kemajuan zaman bukan berarti mengharuskan pendidikan pesantren vakum tanpa mengetahui alur kemajuan teknologi informasi yang ada. Dan bukan berarti juga pesantren menghilangkan kesalafiannya, melainkan lembaga ini dituntut agar bisa menyeimbangkan antara kesalafian dan perkembangan zaman yang berpegang teguh pada al-Qur’an dan al-Hadits dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.

(Tulisan ini dikutip dari kajian keputrian oleh Mahasiswi al-Ahgaff, yang disusun oleh: Sa’adatu Zaenab ‘Athiatul Maula)

Categories:

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tweet oleh @mimkho_PPM
× Ada yang bisa kami bantu?