pembelajaran pesantren ppm miftahul khoir

Buletin Jumat Khoriul Kalam Edisi #9
Oleh : Widan Fuady

Kalau kita menerawang jauh di luar pesantren, banyak orang sukses hanya karena dekat dan hormat kepada gurunya. Dan mereka adalah orang- orang yang berhasil. Kenapa bisa begitu ya? Sederhananya, bukan karena kita taqlid kepada seorang guru, tetepi lebih karena mencintai guru kita sendiri. Alangkah banyaknya di zaman ini yang tidak memperdulikan orang yang berilmu, guru ataupun orang tuanya. (Upss, karena orang tua itu guru kita juga lho). Bahkan, pengaruh orang yang belajar ‘Ta’lim Muta’allim’ itu bisa di praktekan bukan hanya saja di dalam lingkungan pesantren, tetapi juga bisa di luar pesantren.

Di dalam lingkungan pesantren terkenal sekali silsilah keilmuan atau sanad. Di dalam Islam (terutama di pesantren) sangat menghargai yang namanya sanad. Kisah ringkasnya begini, “Kalau belajar ilmunya tanpa seorang guru, maka batallah keilmuannya dan putus sanad keilmuannya.” Luar biasa sekali ya, benar-benar diajarkan untuk menghargai ilmu, hak intelektual, dan kemurnian ilmu. Berbeda dengan jika kita belajar dari Syaikh Google. memang bagus, namun kurang utama. Sebab, kita belum tahu siapa dan maksud penulisnya. (Orientasinya ke arah menghargai ilmu).

Seorang santri itu selalu menghormati siapapun yang pernah menjadi gurunya. Meski itu hanya mengajar huruf alif saja ketika kecil. Itu pun ajaran Islam yang di terapkan di pesantren. Guru adalah ruh dan jiwa perantara ilmu masuk dalam hati.

Categories:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tweet oleh @mimkho_PPM
× Ada yang bisa kami bantu?