Lebih bagus dari mu
ya Rasulallah,
sungguh mata ini tak pernah melihatnya.
Lebih tampan dari mu
ya Rasulallah,
tak seorang wanitapun yang pernah melahirkannya.
Engkau
terlahir dengan tanpa cela.
Engkau
terlahir tanpa satu pun kekurangan.
Karena Engkaulah sebaik-baik makhluk ciptaan Allah.
Ya Rasulallah,
betapa rindu hati ini ‘tuk bertemu dengan mu,
betapa kami ingin melihat senyummu.
Tapi,
apa yang bisa kami banggakan?
Belum pantas kami mengaku menjadi pecintamu.
Diri ini penuh dosa.
Hati ini penuh nista.
Akankah,
engkau anggap kami sebagai umatmu?
Akankah,
engkau sambut tangan ini dengan hati yang penuh cinta?
Akankah,
engkau lihat kami dengan mata penuh kasih?
Akankah,
engkau tersenyum pada kami dengan penuh kebanggaan?
Akankah…?
Akankah…?
Akankah…?
Beribu tanya dalam jiwa
Resah hati ini gundah gulana tanpa tahu jawabnya.
Ya Rasulallah,
Betapa kami takut kau berpaling dari kami.
Betapa kami takut kau menjauh dari kami.
Betapa kami takut kau ‘tak mengenali kami.
Di saat kami memanggilmu di padang Mahsyar,
Ya Rasulallah….!
Ya Rasulallah…!
Ya Rasulallah…!
Ketika badan bermandi peluh,
Ketika tubuh bersimbah darah,
Ketika mentari di atas kepala,
Ketika kami mulai putus asa,
Kau menjauh…,
Menjauh…., tinggalkan kami.
Tidak…!
Tidak…, Ya Rasulallah!
Kami ingin kau giring kami sebagai umatmu.
Kami ingin mendapat syafaatmu.
Kami ingin cintamu.
Kami ingin kau hilangkan haus kami,
dengan seteguk air dari telagamu.
Ya Rasulallah…!
Dengarkanlah…!
Dengarkanlah…!
Kami ucapkan shalawat dan salam kepadamu saat ini,
الصلاة والسلام عليك يا رسول الله
الصلاة والسلام عليك يا نبي الله
الصلاة والسلام عليك يا حبيب الله
Sambutlah shalawat dan salam dari kami,
yang kami ucapkan dengan setulus hati ini.
Jadikanlah ini bukti cinta kami,
yang dapat kami persembahkan untuk menggapai cintamu,
dan ridho illlahi.
Nanda Zahro Yahya Zamjury
No responses yet