Buletin Jumat Khoriul Kalam Edisi #11
oleh : Arif Zainal Mustofa
Judul ini sebenarnya sekedar mengingatkan kepada penulis maupun yang membaca tulisan ini. Sebagai insan yang belum mencapai ketaatan sempurna, apa yang telah di perintahkan oleh sang pencipta serta pemimpin teladan ummat, maka penulis ingin sesekali menguraikan apa yang terdapat dalam qolbu yang sunyi ini. Penulis mencoba merenungi untuk berfikir dalam, siapa teladan yang terlupakan itu? Siapa yang menjadi panutan akhlaq dalam hidup kita?
Kita sering mengingat saat ada nasihat yang diberikan oleh ustadz, kiyai maupun sang pemilik ilmu disaat ngaji, ceramah atau khutbah tentang perjuangan yang dilalui oleh Rasulullah SAW. Perlu diketahui ataupun direnungkan bahwa Rasulullah SAW dalam dakwahnya itu tidaklah mudah. Sesekali guru kami bercerita tentang perjuangan Rasulullah SAW dilempari batu oleh penduduk Mekah pada saat ingin menyebarkan ajaran Islam, dicaci maki oleh suku Quraisy difitnah bahkan beliau pernah ingin dibunuh oleh orang yang tercela yakni dari suku Abu Lahab. Pada saat dikepung di dalam rumah dengan para sahabat-Nya selama 3 tahun, apa kita pernah berfikir apa yang dimakan beliau pada saat di dalam rumah itu. Tentu Allah yang menolong kekasih-Nya disaat keadaan yang lapang maupun sulit. Sampai ada suatu riwayat yang menjelaskan beliau SAW menahan perutnya yang diganjal dengan batu pada saat sholat, lalu setelah melakukan sholat para sahabat bertanya “Wahai utusan Allah mengapa engkau melakukan seperti itu? Kami tidak tinggal diam ya Rosulullah,” lalu dengan lembutnya beliau menjawab, “Tidak para sahabatku, apa pun akan engkau korbankan demi utusan-Mu ini tetapi apakah yang akan aku jawab dihadapan Allah SWT nanti, apabila aku menjadi pemimpin, lalu menjadi beban bagi umat-Nya.”
Karena itu, apalah arti qolbu ini kalau tidak ada rasa rindu pada beliau SAW, tidak ada rasa cinta dengan beliau. Dari tulisan ini, penulis mengajak mari kita sama-sama memunculkan rasa cinta itu dengan bersholawat kepada beliau dan meneruskan perjuangan da’wah beliau dengan mengikuti sunnah-sunnah yang diwariskan oleh para sahabat tabi’in sampai kepada ulama yang bersemangat dalam menggali ilmu-Nya, hingga sampai kepada kita sebagai penuntut ilmu, baik itu yang dewasa, remaja maupun anak-anak.
Mari kita teruskan perjuangan beliau dan para ulama untuk menegakkan Islam di muka bumi. Ketahuilah bahwasanya Rasulullah SAW itu berda’wah dengan kelembutan, kesantunan dan akhlaq yang mulia. Da’wah beliau bukan dengan cara menghujat satu sama lain, melihat kejelekan orang lain atau merendahkan orang lain. Karena itu mari kita belajar prasangka baik kepada sesama makhluk terutama kepada saudara umat muslim, jangan melihat sisi keburukan pada orang lain, kalau kita melihatnya hanya disisi keburukanya saja, sekalipun dia berkata benar, maka dalam pandangan kita itu salah.
Penulis juga mengajak untuk sama-sama bersholawat kepada beliau “Allahumma Sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad” dengan penghayatan yang terkandung hikmah di dalamnya, karena hal ini juga dicontohkan oleh Allah dan para malaikat-Nya dalam wahyu-Nya yang tersirat dalam Al-Qur’an surat Al ahzab: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.“ (Qs. Al-Ahzab [33]:56).
Oleh karena itu, mari kita sama-sama senantiasa bersholawat kepada Rasulullah SAW dan melaksanakan kewajiban serta sunnah-sunnah seperti yang telah beliau contohkan kepada para sahabat tabi’in, ulama-ulama sampai kepada kita semua.
Wallahua’lam bisshawab.
No responses yet